Sejarah Desa Buahan.
Mengenai sejarah Desa Buahan disini kami tidak mampu menceritakan mulai adanya penduduk yang menghuni wilayah Desa Buahan secara pasti, karena tidak adanya peninggalan-peninggalan secara tertulis yang dapat dipakai untuk menyusun sejarah ini. Yang kami pakai bahan disini adalah informasi dari sesepuh Desa yang saat ini masih hidup. Informasi lain dapat pula kami kaitkan dengan Sejarah tentang Kebo Iwa.
Di dalam Babad Arya Tabanan diceritakan bahwa setelah terjadi musibah gugurnya Ki Patih Kebo Iwa di Jawa karena tipu muslihat dari Patih Gajah Mada pada Kerajaan Majapahit maka Bali adalah merupakan kekuasaan Jawa di bawah Kerajaan Majapahit. Para Arya Kenceng menjadi Senopati Bala Yudha di Kerajaan Majapahit diberi kekuasaan memerintah di Wilayah Tabanan, Sira Ratu Arya Waringin diberikan kekuasaan di Gelgel, Sira Arya Sentong diberikan kekuasaan di Pacung dan Sira Arya Tan Wikan diberikan di Wilayah Kaba-kaba.
Pada saat pembagian Pemerintahan di Bali yang memegang kekuasaan adalah Sri Kresna Kepakisan yang berkedudukan di Srampangan. Mengenai Sejarah Desa Buahan dpat kami uraikan pada zaman itu dan sebelumnya tidak ada yang jelas tahu, dengan zaman itu diuraikan secara singkat yang diperintah oleh Sira Arya Kenceng yang merupakan murdaning Nayaka Jagat Tabanan yang Istana / Puri Beliau terletak di Desa Buahan (Pucangan) dengan jumlah rakyat pada saat memerintah sebanyak 10.000 orang dari berbagai warna (Catur kasta). Didalam Babad Tabanan diceritakan bahwa Puri Beliau bertempat di sebelah selatan Pura Bale Agung Desa Buahan (Kiduling Bale Agung) dan tamannya bertempat di sebelah tenggara Desa Buahan, wafatnya Beliau dibuatkan persemayaman untuk kebaktian dibuatkan Batur yang sampai saat ini di buahan masih berupa Bangunan Pura Batur Pucangan. Selanjutnya dapat diceritakan bahwa Sira Sri Arya Kenceng sangat setia maka Sira Arya Kenceng diberikan kehormatan sebagai Mentri yang berkuasa memerintah Raja- Raja yang ada di Bali,dan diberikan anugrah apabila wafat diperkenankan dalam upacara Pengabenan ( Atiwa – tiwa) memakai bade Tumpang 11 ( sebelas). Pada saat Beliau Wafat dapat kami ceritakan lagi menurut isi dari Babad Tabanan dibuatkan pemujaan di sebelah Barat Pura Batur Pucangan, Yang juga sebagian besar penyungsungnya dari luar Daerah Desa Buahan yaitu seluruh Bali untuk mengingat dan baktinya pada beliau dalam memangku sebagai Raja Tabanan yang memerintah Raja- Raja yang ada diseluruh Bali.
Dari tanggal 27 Agustus 1998 sampai dengan sekarang Desa Buahan berkantor di Banjar Buahan Tengah Desa Buahan,yang menjabat sebagai Kepala Desa pertama setelah pemekaran adalah I Gusti Agung Gde Suardana dari tanggal 27 Agustus 1988 sampai dengan 21 Oktober 1998, selanjutnya yang menjabat Kepala Desa adalah I Gede Sugiartha dari tanggal 21 Oktober 1998 s/d 21 Oktober 2006 selanjutnya PJS adalah I Gede Sugiarta selama kurang lebih 6(enam ) bulan dan sebagai perbekel Desa Buahan yang ketiga adalah I Gede Ngurah Parmita dari tanggal 26 April 2007 s/d 26 April 2013 dan sebagai perbekel yang keempat Desa Buahan adalah I Ketut Sukanada dari tanggal 08 Mei 2013 sampai dengan 08 mei 2019 dari 09 mei 2019 sampai dengan 23 Desember 2019 adalah Pj Perbekel Desa Buahan I Ketut Suarnata,S.Sos dan dari tanggal, 24 Desember 2019 sampai dengan sekarang adalah Perbekel Desa Buahan I Gede Ari Wastika,S.Pd